Oktorama Yudi

Prioritaskan Diri Kembangkan Kemampuan Hidup Kembali Kemudian Hari

Selasa, 06 November 2018

,
RIYADHUS SHALIHIN BAB I, HADITS NO.2 (SETIAP ORANG AKAN DIBANGKITKAN DENGAN NIAT MASING-MASING MEREKA)
Hadits No.2
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ
 حَدَّثَتنِي عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنْ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ قَالَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ
Dari Ummul Mukminin Ummu “Abdillah ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah pernah bersabda : “Nanti akan ada sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah. Kemudian ketika mereka sampai di suatu tanah lapang, mereka semua dari orang yang berada paling depan sampai paling belakang dibinasakan (ditenggelamkan ke perut bumi). ‘Aisyah berkata : “Aku bertanya, Ya Rasulullah, bagaimana mereka dibinasakan semua, orang yang berada dibarisan terdepan sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka ?” Beliau menjawab “Mereka di binasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka.” (Mutafaq ‘alaih, dan lafadz tersebut milik al-Bukhari).

Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, (IV/338-Fath) dan Imam Muslim (2884).

Kosa kata asing :
حَدَّثَنَا : (Menuturkan kepada kami)
Ibnu Daqiqil 'Ied berkata dalam kitabnya " Al-iqtiroh fi fannil ishtilah"
1.       Lafadz حدثنا (Menuturkan kepada kami), lazimnya digunakan oleh Muhadditsin ketika mereka mendengar guru-guru mereka membacakan sebuah hadits dengan lafadz tersebut.
2.       Lafadz أخبرنا (Mengabarkan kepada kami), adalah lafadz yang patut diucapkan murid dari hadits yang ia terima dari gurunya
3.       Lafadz أنبأنا (memberitakan kepada kami) , Ulama mutaqoddimun me'mutlakkan'nya dengan demikian أنبأنا juga sejajar dengan حدثنا dan أخبرنا . Tetapi ulama muta`akhirin memutlakkannya atas ijazah yang diterima
4.       dan lafazh Sami’tu (saya mendengar) tambahan oleh al-Humaidi menurut ibnu Uyainah.

Ibnu Mas’ud mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami sementara beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan.
جَيْشٌ : (sekelompok bala tentara),
Wallahu’alam siapa mereka itu. Tetapi lahiriyah hadits-hadits mentarjih bahwa tentara tersebut dikirim untuk memerangi Imam Mahdi ketika berlindung ke Baitullah (Ka’bah). Dan tentara itu berasal dari kalangan umat ini. Sebagaimana yang secara lantang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Mereka bukan orang-orang yang merusak Ka’bah, karena orang-orang yang merusak Ka’bah itu orang-orang Habasyah. Ada juga hal lain yang perlu dicermati, bahwa Habasyah berhasil menyerang Baitullah, tetapi tentara ini dibinasakan sebelum berhasil mencapainya.
اَلْبَيْدَاءُ : Setiap Tanah lapang yang tidak terdapat sesuatu pun diatasnya.
Sebagian perawi hadits menafsirkannya sebagai tanah lapang di kota Madinah, yaitu sebuah tempat yang terletak diantara Makkah dan Madinah yang merupakan pelataran yang berada di depan Dzulhulaifah menghadap ke arah Makkah.
اَلْخَسْفُ : Tenggelam ke bumi. Hal itu seperti terdapat dalam firman Allah :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الأرْضَ ………
 “Maka kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi…….(QS.al-Qashaah:81)

Juga firman-Nya:
 وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ ......
“Dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi……..”(QS.al-Ankabut:40)

أَسْوَاقُهُ : Kata ini merupakan jamak dari kata سُوقٌ dan makna kata tersebut dalam hadits di atas adalah orang-orang yang berbelanja di pasar, atau orang-orang biasa selain para penguasa.

 يُبْعثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ: Allah membangkitkan mereka dari kubur-kubur mereka serta menghisab sesuai dengan tujuan-tujuan mereka, dam kemudian mereka (dibangkitkan) sesuai dengan niat-niat mereka, lalu Dia membedakan antara orang-orang yang membenci, orang-orang yang dipaksa, orang-orang yang berpikir cermat, dan ibnu sabil (orang-orang yang berada dalam perjalanan).

Kandungan Hadits :

1.       Aisah bertanya dengan posisi sebagai Istri, Ummul mu’minin, sebagai ummat Muhammad dan sebagai teman yang terdekat. Pula.
Siapa itu Aisah? Aisyah bintu Abi Bakr ‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay al-Qurasyiyyah at-Taimiyyah al-Makkiyyah. (mukhtashor al kabir fi sirah rasul, maktabah syamilah) sedang ibunya adalah ummu Ruman Binti Amir.
Kesaksian dari Allooh. Inilah keutamaan terbesar yang diberikan Allah untuk ‘Aisyah. Surat An-Nur ayat 11-26 merupakan ayat yang turun berkenaan dengan berita dusta terhadapnya. Dengan turunnya ayat ini, maka terbantahlah tuduhan-tuduhan keji dan dusta tersebut.
Allah telah mengisyaratkan bahwa ‘Aisyah adalah wanita yang baik, wanita yang menjaga kesuciaannya dan bagi pendusta adalah adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (QS. An Nur: 19).
إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar”. (QS. An Nur: 23).
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”. (QS. An Nur: 26)
Kesaksian Nabi. Dalam sebuah hadits riwayat Tabrani (Al-Mukjamul Kabir, 39/23) Nabi berkata pada Aisyah: “Hai Aisyah, aku melihat dirimu sebagai istriku di surga.” Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Amr bin Ash pernah bertanya pada Nabi: “Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Nabi menjawab: “Aisyah.” Amr bin Ash bertanya lagi: “Siapa yang dari kaum laki-laki?” Nabi menjawab: “Ayahnya Aisyah” (yakni Abu Bakar). Amr bertanya lagi: “Lalu siapa?” Nabi menjawab: “Umar bin Khattab.” Lalu Nabi menyebut beberapa nama Sahabat laki-laki yang lain.
kesaksian Sahabat Nabi. Di mata para Sahabat Nabi, Aisyah dikenal sebagai sosok ulama wanita yang sangat mumpuni di bidang hadits. Banyak hadits Nabi yang berasal darinya. Dan banyak ulama hadits (muhaddis) laki-laki yang berguru padanya. Namun, kemampuan Aisyah tidak saja di ilmu hadits tapi juga mencakup ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu faraidh, sastra, pidato, dan lain-lain.
Musa bin Talhah bersaksi tentang kemampuan orasi Aisyah: “Aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih fasih berbicara dari Aisyah“ (HR Tirmidzi). Kepintaran Aisyah dalam berorasi juga dikatakan oleh Muawiyah. Sementara Sahabat Masruq pernah ditanya oleh Muslim bin Subaih apakah Aisyah pintar ilmu faraidnya? Masruq menjawab: “Aku melihat sendiri banyak dari para Sahabat yang bertanya ilmu faraid pada Aisyah.” (HR. Darimi). Urwah bin Zubair berkata: “Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih pintar dari Aisyah dalam Al-Quran, perkara wajib, halal, haram, ilmu fikih, syair, pengobatan, kisah Arab, nasab.”
Aisyah binti Abu Bakar adalah istri yang paling disayang Nabi disamping Khadijah Al-Kubro. Kecintaan Nabi tersebut bukan karena kecantikannya, walaupun ia memang rupawan. Ia disayang Nabi karena kualitas takwanya, kesalihannya, kecerdasannya, dan determinasinya untuk belajar berbagai ilmu dan dedikasinya untuk mengabdi dan menyebarkan ilmu yang dimilikinya tersebut
Selain sebagai Muslimah cerdas, Aisyah juga dikenal sebagai perempuan yang banyak menghafalkan hadist-hadist Rasulullah. Sehingga beliau mendapat gelar Al-Mukatsirin (orang yang paling banyak meriwayatkan hadist).
Ada sebanyak 2.210 hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah. Diantaranya terdapat 297 hadist  dalam kitab shahihain dan sebanyak 174 hadist yang mencapai derajat ‘Muttafaq ‘Alaihi’ atau hadits yang telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Bahkan, para ahli hadist menempatkan beliau pada posisi kelima penghafal hadist setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas Ridwanullahu Ta’ala Ajma’in.
Aisyah juga dikenal sebagai pribadi yang tegas dalam mengambil sikap. Hal ini terlihat dalam penegakan hukum Allah, Aisyah langsung menegur perempuan-perempuan muslim yang melanggar hukum Allah.
Suatu ketika dia mendengar bahwa kaum wanita dari Hamash di Syam mandi di tempat pemandian umum. Aisyah mendatangi mereka dan berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Perempuan yang menanggalkan pakaiannya di rumah selain rumah suaminya maka dia telah membuka tabir penutup antara dia dengan Tuhannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Ummul Muhsinin, ‘Aisyah meninggal pada Malam Selasa, 17 Ramadhan setelah shalat witir, pada 58 H di masa Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Yang demikian itu menurut pendapat jumhur ulama. Ada juga yang berpendapat bahwa beliau wafat pada 57 H, dalam usia 63 tahun sekian bulan
Begitulah perjalanan Ummul Mukminin, Aisyah yang patut menjadi contoh, menjadi tauladan bagi segenap perempuan-perempuan masa kini, yang menggembar-gemborkan ‘emansipasi wanita’, menganggap Islam tidak menghargai wanita dan tidak berbuat adil terhadap mereka.
2.       Rosulullooh menceritakan hal yang ghaib dimana Alloohlah yang memberi kabar tersebut
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah (wahai Muhammad):Aku tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula kuasa menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan andaikata aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. [al-A’râf/7: 188]
‘Aisyah, Ummul Mukminin Radhiyallahu anhuma berkata:
وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِى غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللَّهِ الْفِرْيَةَ وَاللَّهُ يَقُولُ (قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ ).
Barang siapa yang mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari, maka sungguh dia telah berbuat dusta yang besar kepada Allah Azza wa Jalla (Karena) Allah Azza wa Jalla telah berfirman (yang artinya), ”Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah .”.[ an-Naml: 65] [Shahîh Bukhâri (4/1840), Shahîh Muslim (1/110). Teks ini milik Muslim Aisarut Tafâsîr (2/271)]
Apakah jin mengetahui hal yang ghaib?
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ ٱلْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِۦٓ إِلَّا دَآبَّةُ ٱلْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُۥ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ ٱلْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ٱلْغَيْبَ مَا لَبِثُوا۟ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلْمُهِينِ
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba’ 34:14)
3.       Pemberitahuan yang disampaikan Rasulullah tentang berbagai hal ghaib yang diperlihatkan Allah kepada beliau. Dan itu termasuk masalah keimananyang harus diyakini, dan itu tidak dapat dirancukan hanya karena disebutkan melalui khabar al-walid ash-shahiih. Karena ia merupakan hujjah bagi kita dalam masalah ‘aqidah dan hukum-hukum syari’ah, dan tidak ada perbedaan antara keduanya.
Allah ta’ala berfirman,
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
“Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. An Najm: 3-4)
4.       kelak akan terjadi sekelompok tentara (pasukan) menyerang ka’bah.
Pasukan tentara yang dimaksudkan diatas adalah pasukan tentara As-sufyani (salah satu penguasa penentang Imam Mahdi), peristiwa terbenamnya pasukan ini ialah disebuah gurun bernama Al-Baida’, kejadian ini terjadi diakibatkan perlawanan kelompok As-Sufyani tersebut atas pembai’atan Imam Mahdi oleh Wali-wali Allah yang berjumlah 7 orang yang bertugas mencari Imam Mahdi ketika dunia sedang berada dalam puncak kezaliman, Imam Mahdi di bai’at secara paksa sebagai panglima perang Islam.  Kemudian setelah dunia mengetahui pembai’atan tersebut, maka orang-orang banyak mencarinya untuk membai’atkan diri dan salah satu kelompok kaum muslimin yang telah Allah janjikan menjadi pengikut setia Imam Mahdi dalam menjalani peperangan yaitu Ashabu Rayati Suud atau disebut pula pembawa panji-panji hitam, mereka berjumlah 303 pasukan, jumlah ini sama dengan jumlah pasukan perang ketika Masa Nabi SAW yaitu perang Badar. Mereka muncul dari arah timur khurasan. Dan nanti pada masa pembai’atan tersebut, terdapat pula pemimpin-pemimpin zalim yang mencari keberadaan sang panglima perang Imam Mahdi, yang bertujuan membunuh dan menghancurkan kepemimpinan beliau, Namun usaha para penguasa-penguasa tersebut hanya menyebabkan kehancuran untuk diri mereka sendiri, dikarenakan Allah SWT telah berjanji bahwasanya dunia ini akan diwarisi oleh hamba-hambanya yang saleh, sebagaimana Firman-Nya :
 “ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku “ ( Qs An- Nur : 55 ) .
Allah telah berjanji akan kemunculan Imam Mahdi diakhir zaman kelak, untuk melawan pemimpin-pemimpin negeri yang saat zalim pada saat itu, dikarenakan kelak akan timbul banyaknya penguasa-penguasa yang zalim dan dunia dipenuhi oleh segala kezaliman dan penganiayaan, dan salah satu penguasa yang sangat terkenal dengan kezalimannya ialah As-Sufyani, sebagaimana termaktub dalam hadis dibawah ini :
Sayidina Ali bin Abi Thalib ( ra) mengatakan, Akan keluar putra sang pemakan hati (julukan Hindun, istri abu sufyan) dari padang pasir yang tandus. Dia memiliki wajah yang menyeramkan dan berkepala besar. Di wajahnya terdapat bekas luka. Jika melihat sekilas, kau akan mengira ia bermata satu. Namanya Usman, dan ayahnya Anbasah. Dia termasuk keturunan Abu Sufyan. Ia akan datang dari kota Damaskus, dan akan berdiri di atas mimbarnya.(H.R. Abu Dawud)
Ibnu Abbas (ra), ia berkata, Sufyani akan muncul dan melakukan peperangan, mereka membelah perut-perut wanita hamil dan memasak bayi-bayi mungil dalam kuali besar.”(H.R. Abu Dawud)
sehingga ketika ia mendengar bahwa Imam Mahdi telah dibai’at, maka ia mengutus pasukannya agar membunuh Imam Mahdi, namun setelah mereka (para pasukan) tersebut tiba diperbatasan antara Madinah dan Mekkah yaitu dipadang Al-Baida’, mereka ditenggelamkan oleh Allah SWT. Namun Allah akan menyelamatkan dua diantara seluruh pasukan tersebut, agar keduanya dapat menceritakan peristiwa pembenaman tersebut kepada penguasanya As-Sufyani. Sehingga berita ini telah sampai ke pada As-Sufyani, maka ia merasa gentar dan berbagai usaha ia lakukan untuk terus menjatuhkan Imam Mahdi, namun segala usahanya hanya sia-sia belaka, hingga akhirnya Imam Mahdi beserta pasukan ashabu riyati suud berhasil membunuhnya dibawah sebuah pokok pohon dibibir pantai Laut Tibriyah. (walloohu A’lam)

5.       Dalam hadits ini terdapat pelajaran, yaitu bahwa barangsiapa yang ikut bersama orang batil, pembangkang, dan penentang maka dia digolongkan bersama mereka dalam hal hukuman (sanksi). Apakah dia orang yang shaleh atau jahat, hukuman itu berlaku secara umum dan tidak meninggalkan seseorang pun. Kemudian pada hari kiamat mereka dibangkitkan sesuai dengan niat mereka masing-masing. Allah swt. Berfirman :
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal [8]:25)

6.       ini bukti bahwa peperangan (jihad) tidak akan pernah selesai dan habis kecuali sampai Kalimatullah tegak.
{}- وعن عائشة رضي الله عنها قالت قال النبي صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏”‏ لا هجرة بعد الفتح، ولكن جهاد ونية، وإذا استفرتم فانفروا‏”‏ ‏(‏‏(‏متفق عليه‏)‏‏)‏‏.‏ ‏‏ومعناه‏:‏ لا هجرة من مكه لأنها صارت دار إسلام
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Nabi bersabda:
“Tidak ada hijrah lagi setelah ditaklukkannya kota Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kalian dipanggil untuk berjihad, maka berangkatlah!.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maknanya: Tidak ada lagi hijrah dari Makkah, sebab ia sudah menjadi Darul Islam.
7.       dikabarkan bahwa ketika sampai di suatu tanah lapang yang berarti belum sampai ke kabah, maka Allooh binasakan mereka dengan cara menenggelamkan ke perut bumi.
8.       diperbolehkan bagi pendengar untuk dapat bertanya apa yang tidak ia mengerti sesuai dengan etika bertanya.
Seorang penanya hendaklah memiliki adab-adab dalam bertanya supaya dia bisa mengambil manfaat dari pertanyaan tersebut. Diantara adab-adab tersebut:
1.       Ikhlash dalam bertanya 
Diantara ikhlash dalam bertanya adalah bertanya untuk menghilangkan kebodohan dari diri kita atau diri orang lain, bukan untuk berdebat kusir atau sombong dihadapan para ulama atau riya (supaya dikatakan orang yang bersemangat menuntut ilmu).
 bersabda:rRasulullah
من طلب العلم ليجاري به العلماء أو ليماري به السفهاء أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله النار
“Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk menarik perhatian manusia maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka” (HR. At-Tirmidzy 5/32 no.2654, dan dihasankan oleh Syeikh Al-Albany)
Berkata Ibnul Qayyim:
وقيل إذا جلست إلى عالم فسل تفقهاً لا تعنتاً
“Telah dikatakan: Jika anda duduk bersama seorang ‘alim (ahli ilmu) maka bertanyalah untuk menuntut ilmu bukan untuk melawan” (Miftah Daris Sa’adah 1/168)
2.      Memperbagus pertanyaan 
Berkata Ibnul Qayyim:
وللعلم ست مراتب أولها حسن السؤال…فمن الناس من يحرمه لعدم حسن سؤاله أما لأنه لا يسأل بحال أو يسأل عن شيء وغيره أهم إليه منه كمن يسأل عن فضوله التي لا يضر جهله بها ويدع ما لا غنى له عن معرفته وهذه حال كثير من الجهال المتعلمين ومن الناس من يحرمه لسوء إنصاته فيكون الكلام والممارات آثر عنده وأحب اليه من الانصات وهذه آفة كامنة في أكثر النفوس الطالبة للعلم وهي تمنعهم علما كثيرا ولو كان حسن الفهم
“Ilmu memiliki 6 tingkatan, yang pertama adalah bagusnya pertanyaan… dan sebagian orang ada yang tidak mendapatkan ilmu karena jeleknya pertanyaan, mungkin karena dia tidak bertanya sama sekali, atau bertanya tentang sesuatu padahal disana ada sesuatu yang lebih penting yang patut ditanyakan seperti bertanya tentang sesuatu yang sebenarnya tidak mengapa kita tidak mengetahuinya dan meninggalkan pertanyaan yang harus kita ketahui, dan ini adalah keadaan kebanyakan dari para penuntut ilmu yang bodoh.( Miftah Daris Sa’adah hal:169)
Diantara pertanyaan yang bagus adalah pertanyaan tentang ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang menunjukkan kita kepada kebaikan dan mengingatkan kita dari kejelekan. Adapun yang selainnya maka itu akan membawa mudharat atau tidak ada faidahnya.
Allah telah menyebutkan di dalam Al-Quran sebagian dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermanfaat seperti pertanyaan orang-orang musyrik tentang kapan hari kiamat (Al-A’raf:187) dan pertanyaan orang yahudi tentang ruh (Al-Isra’: 85), Atau pertanyaan tentang sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau jarang sekali karena itu termasuk berlebih-lebihan dan berprasangka belaka.
3.      Menggunakan cara yang baik dalam bertanya
Diantaranya adalah berlemah lembut dalam bertanya karena yang demikian itu akan menjadikan yang ditanya memberikan ilmunya sebaik-baiknya.
Berkata Az-Zuhry:
وكان عبيد الله يلطفه فكان يعزه عزا
“Dahulu Ubaidullah (yakni bin Abdullah bin ‘Utbah, seorang tabi’in) berlemah lembut ketika bertanya kepada Ibnu Abbas, maka beliau (Ibnu ‘Abbas) memberinya ilmu yang banyak” (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal di Al-‘Ilal wa Ma’rifatur Rijal 1/186, dan Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra 5/250)
Dan berkata Ibnu Juraij:
لم أستخرج الذي استخرجت من عطاء إلا برفقي به
” Tidaklah aku mengambil ilmu ‘Atha kecuali dengan kelembutanku kepadanya” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih 2/423)
Diantara kebaikan dalam bertanya adalah mencari situasi dan kondisi yang tepat untuk bertanya.
4.      Berdiskusi dengan cara yang baik kalau ada yang tidak disetujui dari jawaban orang yang ditanya.
5.       Tidak mengadu domba diantara ahli ilmu 
seperti mengatakan: Tapi ustadz fulan (dengan menyebut namanya) mengatakan demikian, dan yang demikian termasuk kurang beradab. Namun kalau memang harus bertanya maka hendaklah mengatakan: Apa pendapatmu tentang ucapan ini? Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan. (Lihat Hilyah Thalibil Ilmi, Syeikh Bakr Abu Zaid dengan syarh Syeikh ‘Utsaimin hal: 178 )
Wallahu ta’alaa a’lam.

9.       Rosul mengabari kita bahwa semua dibangkitkan sesuai dengan niatnya masing-masing pada saat itu.
10.   Barang siapa bergabung dengan suatu kaum dengan sukarela dalam kemaksiatan, maka dosa dan siksaan akan ditimpakan pula kepadanya.
11.   Pelajaran untuk menjauhi orang-orang yang berbuat kezhaliman sekaligus peringatan agar tidak bergaul dengan mereka atau bergabung dengan orang-orang jahat dan semisalnya,agar tidak mendapatkan siksaan yang ditimpakan kepada mereka.
12.   Barang siapa bergabung dengan suatu kaum dengan sukarela dalam kemaksiatan, maka dosa dan siksaan akan ditimpakan pula kepadanya.

Yang tampak jelas kita bahwa adalah bahwa siksaan itu ditimpakan kepada mereka secara umum, sekalipun di antara mereka terdapat orang-orang yang benci, orang-orang yang akan berbelanja, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Sebab, mereka tidak merasa takut terhadap fitnah yang tidak ditimpakan hanya kepada orang-orang zhalim secara khusus, tetapi mereka juga terseret oleh kezhaliman orang-orang tersebut, meskipun mereka sama sekali tidak menginginkannya. Oleh karena itu, mereka di padukan dengan orang-orang zhalim.
Hal itu telah ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-Qur’an dan juga al-Hadits, bahwa siksaan itu jika ditimpakan, maka akan mencakup orang-orang shalih yang mereka tidak marah karena Allah (ketika melihat satu kemungkaran), tetapi orang yang selamat adalah mereka yang membuat perbaikan.

Allah berfirman :
فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa”.
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS.Hudd:116-117)
Yang demikian itu merupakan indikasi yang mengungkap salah satu dari sunnatullah dalam kehidupan berbagai umat. Dan umat yang suka berbuat kerusakan dengan memerintahkan manusia menyembah selain Allah, dalam berbagai bentuk. Lalu di antara mereka ada yang menolak perintah tersebut, mereka-lah itu yang selamat dan tidak ditimpakan siksaan dan kebinasaan. Tetapi umat-umat yang di antara mereka terdapat orang-orang yang berbuat zhalim dan melakukan kerusakan, lalu tidak ada seorang pun yang bangkit mencegahnya, atau ada yang mengingkarinya, namun ia tidak sampai memberi pengaruh terhadap realita yang rusak itu, maka sunnatullah akan berlaku kepada mereka, yaitu berupa pembinasaan, baik pembinasaan sampai ke akar-akarnya atau pembinasaan yang bersifat kelemahan dan kerusakan. Namun keduanya berakibat melenyapkan dan penggantian (oleh kaum yang lain).
----- tulisan ini di ambil dari berbagai sumber----

Over 600,000+ Readers Get fresh content from Eva