,
RIYADHUS SHALIHIN BAB I, HADITS NO.2 (SETIAP
ORANG AKAN DIBANGKITKAN DENGAN NIAT MASING-MASING MEREKA)
Hadits
No.2
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ عَنْ مُحَمَّدِ
بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ
حَدَّثَتنِي
عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنْ الْأَرْضِ
يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ
بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ قَالَ يُخْسَفُ
بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ
Dari Ummul Mukminin
Ummu “Abdillah ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah pernah bersabda : “Nanti akan ada
sekelompok pasukan yang akan menyerang Ka’bah. Kemudian ketika mereka sampai di
suatu tanah lapang, mereka semua dari orang yang berada paling depan sampai paling
belakang dibinasakan (ditenggelamkan ke perut bumi). ‘Aisyah berkata : “Aku bertanya,
Ya Rasulullah, bagaimana mereka dibinasakan semua, orang yang berada dibarisan terdepan
sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar
mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka ?” Beliau menjawab “Mereka
di binasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian
nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka.”
(Mutafaq ‘alaih, dan lafadz tersebut milik al-Bukhari).
Pengesahan Hadits :
Diriwayatkan oleh Imam
al-Bukhari, (IV/338-Fath) dan Imam Muslim (2884).
Kosa kata asing :
حَدَّثَنَا :
(Menuturkan kepada kami)
Ibnu Daqiqil 'Ied berkata
dalam kitabnya " Al-iqtiroh fi fannil ishtilah"
1.
Lafadz حدثنا (Menuturkan
kepada kami), lazimnya digunakan oleh Muhadditsin ketika mereka mendengar guru-guru
mereka membacakan sebuah hadits dengan lafadz tersebut.
2.
Lafadz أخبرنا (Mengabarkan
kepada kami), adalah lafadz yang patut diucapkan murid dari hadits yang ia terima
dari gurunya
3.
Lafadz أنبأنا (memberitakan
kepada kami) , Ulama mutaqoddimun me'mutlakkan'nya dengan demikian أنبأنا juga
sejajar dengan حدثنا dan
أخبرنا .
Tetapi ulama muta`akhirin memutlakkannya atas ijazah yang diterima
4.
dan lafazh Sami’tu
(saya mendengar) tambahan oleh al-Humaidi menurut ibnu Uyainah.
Ibnu Mas’ud mengatakan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami sementara beliau
adalah orang yang benar lagi dibenarkan.
جَيْشٌ :
(sekelompok bala tentara),
Wallahu’alam
siapa mereka itu. Tetapi lahiriyah hadits-hadits mentarjih bahwa tentara tersebut
dikirim untuk memerangi Imam Mahdi ketika berlindung ke Baitullah (Ka’bah). Dan
tentara itu berasal dari kalangan umat ini. Sebagaimana yang secara lantang disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Mereka bukan orang-orang yang merusak
Ka’bah, karena orang-orang yang merusak Ka’bah itu orang-orang Habasyah. Ada juga
hal lain yang perlu dicermati, bahwa Habasyah berhasil menyerang Baitullah, tetapi
tentara ini dibinasakan sebelum berhasil mencapainya.
اَلْبَيْدَاءُ :
Setiap Tanah lapang yang tidak terdapat sesuatu pun diatasnya.
Sebagian
perawi hadits menafsirkannya sebagai tanah lapang di kota Madinah, yaitu sebuah
tempat yang terletak diantara Makkah dan Madinah yang merupakan pelataran yang berada
di depan Dzulhulaifah menghadap ke arah Makkah.
فَخَسَفْنَا
بِهِ وَبِدَارِهِ الأرْضَ ………
“Maka kami benamkan Qarun
beserta rumahnya ke dalam bumi…….(QS.al-Qashaah:81)
Juga firman-Nya:
وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأرْضَ ......
“Dan diantara mereka
ada yang Kami benamkan ke dalam bumi……..”(QS.al-Ankabut:40)
أَسْوَاقُهُ :
Kata ini merupakan jamak dari kata سُوقٌ dan
makna kata tersebut dalam hadits di atas adalah orang-orang yang berbelanja di pasar,
atau orang-orang biasa selain para penguasa.
يُبْعثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ: Allah membangkitkan mereka
dari kubur-kubur mereka serta menghisab sesuai dengan tujuan-tujuan mereka, dam
kemudian mereka (dibangkitkan) sesuai dengan niat-niat mereka, lalu Dia membedakan
antara orang-orang yang membenci, orang-orang yang dipaksa, orang-orang yang berpikir
cermat, dan ibnu sabil (orang-orang yang berada dalam perjalanan).
Kandungan Hadits :
1.
Aisah
bertanya dengan posisi sebagai Istri, Ummul mu’minin, sebagai ummat Muhammad dan
sebagai teman yang terdekat. Pula.
Siapa itu Aisah? Aisyah bintu Abi Bakr
‘Abdillah bin Abi Quhafah ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim
bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay al-Qurasyiyyah at-Taimiyyah al-Makkiyyah. (mukhtashor
al kabir fi sirah rasul, maktabah syamilah) sedang ibunya adalah ummu Ruman
Binti Amir.
Kesaksian
dari Allooh. Inilah keutamaan terbesar yang diberikan
Allah untuk ‘Aisyah. Surat An-Nur ayat 11-26 merupakan ayat yang turun
berkenaan dengan berita dusta terhadapnya. Dengan turunnya ayat ini, maka
terbantahlah tuduhan-tuduhan keji dan dusta tersebut.
Allah telah mengisyaratkan bahwa ‘Aisyah
adalah wanita yang baik, wanita yang menjaga kesuciaannya dan bagi pendusta
adalah adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ
فِي الَّذِينَ آَمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (QS. An Nur:
19).
إِنَّ
الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي
الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman
(berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab
yang besar”. (QS. An Nur: 23).
الْخَبِيثَاتُ
لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ
وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ
مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”.
(QS. An Nur: 26)
Kesaksian
Nabi. Dalam sebuah hadits riwayat Tabrani (Al-Mukjamul Kabir,
39/23) Nabi berkata pada Aisyah: “Hai Aisyah, aku melihat dirimu sebagai istriku
di surga.” Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Amr
bin Ash pernah bertanya pada Nabi: “Siapakah manusia yang paling engkau cintai?”
Nabi menjawab: “Aisyah.” Amr bin Ash bertanya lagi: “Siapa yang dari kaum laki-laki?”
Nabi menjawab: “Ayahnya Aisyah” (yakni Abu Bakar). Amr bertanya lagi: “Lalu siapa?”
Nabi menjawab: “Umar bin Khattab.” Lalu Nabi menyebut beberapa nama Sahabat laki-laki
yang lain.
kesaksian Sahabat Nabi. Di mata para Sahabat Nabi, Aisyah dikenal sebagai
sosok ulama wanita yang sangat mumpuni di bidang hadits. Banyak hadits Nabi yang
berasal darinya. Dan banyak ulama hadits (muhaddis) laki-laki yang berguru padanya. Namun, kemampuan
Aisyah tidak saja di ilmu hadits tapi juga mencakup ilmu-ilmu yang lain seperti
ilmu faraidh, sastra, pidato, dan lain-lain.
Musa bin Talhah bersaksi
tentang kemampuan orasi Aisyah: “Aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih
fasih berbicara dari Aisyah“ (HR Tirmidzi). Kepintaran Aisyah dalam berorasi juga
dikatakan oleh Muawiyah. Sementara Sahabat Masruq pernah ditanya oleh Muslim bin
Subaih apakah Aisyah pintar ilmu faraidnya? Masruq menjawab: “Aku melihat sendiri
banyak dari para Sahabat yang bertanya ilmu faraid pada Aisyah.” (HR. Darimi). Urwah
bin Zubair berkata: “Aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih pintar dari
Aisyah dalam Al-Quran, perkara wajib, halal, haram, ilmu fikih, syair, pengobatan,
kisah Arab, nasab.”
Aisyah binti Abu Bakar
adalah istri yang paling disayang Nabi disamping Khadijah Al-Kubro. Kecintaan Nabi
tersebut bukan karena kecantikannya, walaupun ia memang rupawan. Ia disayang Nabi
karena kualitas takwanya, kesalihannya, kecerdasannya, dan determinasinya untuk
belajar berbagai ilmu dan dedikasinya untuk mengabdi dan menyebarkan ilmu yang dimilikinya
tersebut
Selain sebagai Muslimah cerdas, Aisyah juga dikenal
sebagai perempuan yang banyak menghafalkan hadist-hadist Rasulullah. Sehingga beliau
mendapat gelar Al-Mukatsirin (orang yang paling banyak meriwayatkan hadist).
Ada sebanyak 2.210 hadist yang diriwayatkan oleh
Aisyah. Diantaranya terdapat 297 hadist dalam
kitab shahihain dan sebanyak 174 hadist yang mencapai derajat ‘Muttafaq ‘Alaihi’
atau hadits yang telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Bahkan, para
ahli hadist menempatkan beliau pada posisi kelima penghafal hadist setelah Abu Hurairah,
Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas Ridwanullahu Ta’ala Ajma’in.
Aisyah juga dikenal sebagai pribadi yang tegas
dalam mengambil sikap. Hal ini terlihat dalam penegakan hukum Allah, Aisyah langsung
menegur perempuan-perempuan muslim yang melanggar hukum Allah.
Suatu ketika dia mendengar bahwa kaum wanita dari
Hamash di Syam mandi di tempat pemandian umum. Aisyah mendatangi mereka dan berkata,
“Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Perempuan yang menanggalkan pakaiannya di
rumah selain rumah suaminya maka dia telah membuka tabir penutup antara dia dengan
Tuhannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Ummul Muhsinin,
‘Aisyah meninggal pada Malam Selasa, 17 Ramadhan setelah shalat witir, pada 58 H
di masa Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Yang demikian itu menurut pendapat jumhur
ulama. Ada juga yang berpendapat bahwa beliau wafat pada 57 H, dalam usia 63 tahun
sekian bulan
Begitulah perjalanan Ummul Mukminin, Aisyah
yang patut menjadi contoh, menjadi tauladan bagi segenap perempuan-perempuan masa
kini, yang menggembar-gemborkan ‘emansipasi wanita’, menganggap Islam tidak menghargai
wanita dan tidak berbuat adil terhadap mereka.
2.
Rosulullooh
menceritakan hal yang ghaib dimana Alloohlah yang memberi kabar tersebut
قُلْ لَا
أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ
كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ
السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah
(wahai Muhammad):Aku tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan tidak
pula kuasa menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan andaikata
aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya
dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
[al-A’râf/7: 188]
‘Aisyah, Ummul Mukminin Radhiyallahu anhuma
berkata:
وَمَنْ
زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِى غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللَّهِ
الْفِرْيَةَ وَاللَّهُ يَقُولُ (قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ ).
Barang
siapa yang mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengetahui apa yang akan terjadi di esok hari, maka sungguh dia telah berbuat
dusta yang besar kepada Allah Azza wa Jalla (Karena) Allah Azza wa Jalla telah
berfirman (yang artinya), ”Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di
bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah .”.[ an-Naml: 65] [Shahîh
Bukhâri (4/1840), Shahîh Muslim (1/110). Teks ini milik Muslim Aisarut Tafâsîr
(2/271)]
Apakah
jin mengetahui hal yang ghaib?
فَلَمَّا
قَضَيْنَا عَلَيْهِ ٱلْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِۦٓ إِلَّا دَآبَّةُ
ٱلْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُۥ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ ٱلْجِنُّ أَن لَّوْ
كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ٱلْغَيْبَ مَا لَبِثُوا۟ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلْمُهِينِ
Maka
tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang
menghinakan. (Saba’ 34:14)
3.
Pemberitahuan
yang disampaikan Rasulullah tentang berbagai hal ghaib yang diperlihatkan Allah
kepada beliau. Dan itu termasuk masalah keimananyang harus diyakini, dan itu tidak
dapat dirancukan hanya karena disebutkan melalui khabar al-walid ash-shahiih. Karena
ia merupakan hujjah bagi kita dalam masalah ‘aqidah dan hukum-hukum syari’ah, dan
tidak ada perbedaan antara keduanya.
Allah ta’ala berfirman,
وَمَا
يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
“Dan
dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi ucapannya tiada
lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. An Najm: 3-4)
4.
kelak
akan terjadi sekelompok tentara (pasukan) menyerang ka’bah.
Pasukan tentara yang dimaksudkan diatas
adalah pasukan tentara As-sufyani (salah satu penguasa penentang Imam Mahdi),
peristiwa terbenamnya pasukan ini ialah disebuah gurun bernama Al-Baida’,
kejadian ini terjadi diakibatkan perlawanan kelompok As-Sufyani tersebut atas
pembai’atan Imam Mahdi oleh Wali-wali Allah yang berjumlah 7 orang yang
bertugas mencari Imam Mahdi ketika dunia sedang berada dalam puncak kezaliman,
Imam Mahdi di bai’at secara paksa sebagai panglima perang Islam. Kemudian
setelah dunia mengetahui pembai’atan tersebut, maka orang-orang banyak
mencarinya untuk membai’atkan diri dan salah satu kelompok kaum muslimin yang
telah Allah janjikan menjadi pengikut setia Imam Mahdi dalam menjalani
peperangan yaitu Ashabu Rayati Suud atau disebut pula pembawa panji-panji
hitam, mereka berjumlah 303 pasukan, jumlah ini sama dengan jumlah pasukan
perang ketika Masa Nabi SAW yaitu perang Badar. Mereka muncul dari arah timur
khurasan. Dan nanti pada masa pembai’atan tersebut, terdapat pula
pemimpin-pemimpin zalim yang mencari keberadaan sang panglima perang Imam
Mahdi, yang bertujuan membunuh dan menghancurkan kepemimpinan beliau, Namun
usaha para penguasa-penguasa tersebut hanya menyebabkan kehancuran untuk diri
mereka sendiri, dikarenakan Allah SWT telah berjanji bahwasanya dunia ini akan
diwarisi oleh hamba-hambanya yang saleh, sebagaimana Firman-Nya :
“ Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku “ ( Qs An- Nur : 55 ) .
Allah telah berjanji akan kemunculan Imam
Mahdi diakhir zaman kelak, untuk melawan pemimpin-pemimpin negeri yang saat
zalim pada saat itu, dikarenakan kelak akan timbul banyaknya penguasa-penguasa
yang zalim dan dunia dipenuhi oleh segala kezaliman dan penganiayaan, dan salah
satu penguasa yang sangat terkenal dengan kezalimannya ialah As-Sufyani,
sebagaimana termaktub dalam hadis dibawah ini :
Sayidina Ali bin Abi Thalib ( ra) mengatakan,
Akan keluar putra sang pemakan hati (julukan Hindun, istri abu sufyan) dari
padang pasir yang tandus. Dia memiliki wajah yang menyeramkan dan berkepala
besar. Di wajahnya terdapat bekas luka. Jika melihat sekilas, kau akan mengira
ia bermata satu. Namanya Usman, dan ayahnya Anbasah. Dia termasuk keturunan Abu
Sufyan. Ia akan datang dari kota Damaskus, dan akan berdiri di atas
mimbarnya.(H.R. Abu Dawud)
Ibnu Abbas (ra), ia berkata, Sufyani akan
muncul dan melakukan peperangan, mereka membelah perut-perut wanita hamil dan
memasak bayi-bayi mungil dalam kuali besar.”(H.R. Abu Dawud)
sehingga ketika ia mendengar bahwa Imam Mahdi
telah dibai’at, maka ia mengutus pasukannya agar membunuh Imam Mahdi, namun
setelah mereka (para pasukan) tersebut tiba diperbatasan antara Madinah dan
Mekkah yaitu dipadang Al-Baida’, mereka ditenggelamkan oleh Allah SWT. Namun
Allah akan menyelamatkan dua diantara seluruh pasukan tersebut, agar keduanya
dapat menceritakan peristiwa pembenaman tersebut kepada penguasanya As-Sufyani.
Sehingga berita ini telah sampai ke pada As-Sufyani, maka ia merasa gentar dan
berbagai usaha ia lakukan untuk terus menjatuhkan Imam Mahdi, namun segala
usahanya hanya sia-sia belaka, hingga akhirnya Imam Mahdi beserta pasukan
ashabu riyati suud berhasil membunuhnya dibawah sebuah pokok pohon dibibir
pantai Laut Tibriyah. (walloohu A’lam)
5.
Dalam
hadits ini terdapat pelajaran, yaitu bahwa barangsiapa yang ikut bersama orang
batil, pembangkang, dan penentang maka dia digolongkan bersama mereka dalam hal
hukuman (sanksi). Apakah dia orang yang shaleh atau jahat, hukuman itu berlaku
secara umum dan tidak meninggalkan seseorang pun. Kemudian pada hari kiamat
mereka dibangkitkan sesuai dengan niat mereka masing-masing. Allah swt.
Berfirman :
“Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”
(QS. Al-Anfal [8]:25)
6.
ini
bukti bahwa peperangan (jihad) tidak akan pernah selesai dan habis kecuali sampai
Kalimatullah tegak.
{}- وعن عائشة رضي الله
عنها قالت قال النبي صلى الله عليه وسلم: ” لا هجرة بعد الفتح، ولكن جهاد
ونية، وإذا استفرتم فانفروا” ((متفق عليه)). ومعناه: لا هجرة من
مكه لأنها صارت دار إسلام
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Nabi bersabda:
“Tidak ada hijrah lagi
setelah ditaklukkannya kota Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan
jika kalian dipanggil untuk berjihad, maka berangkatlah!.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Maknanya: Tidak ada lagi hijrah dari Makkah,
sebab ia sudah menjadi Darul Islam.
7.
dikabarkan
bahwa ketika sampai di suatu tanah lapang yang berarti belum sampai ke kabah, maka
Allooh binasakan mereka dengan cara menenggelamkan ke perut bumi.
8.
diperbolehkan
bagi pendengar untuk dapat bertanya apa yang tidak ia mengerti sesuai dengan etika
bertanya.
Seorang penanya hendaklah memiliki adab-adab dalam
bertanya supaya dia bisa mengambil manfaat dari pertanyaan tersebut. Diantara
adab-adab tersebut:
1. Ikhlash dalam bertanya
Diantara ikhlash dalam bertanya adalah bertanya untuk
menghilangkan kebodohan dari diri kita atau diri orang lain, bukan untuk
berdebat kusir atau sombong dihadapan para ulama atau riya (supaya dikatakan
orang yang bersemangat menuntut ilmu).
bersabda:rRasulullah
من طلب العلم ليجاري به العلماء أو ليماري به
السفهاء أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله النار
“Barangsiapa yang
menuntut ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama atau untuk
berdebat dengan orang-orang bodoh atau untuk menarik perhatian manusia maka
Allah akan memasukkannya ke dalam neraka” (HR. At-Tirmidzy 5/32 no.2654, dan dihasankan oleh Syeikh
Al-Albany)
Berkata Ibnul Qayyim:
وقيل إذا
جلست إلى عالم فسل تفقهاً لا تعنتاً
“Telah dikatakan:
Jika anda duduk bersama seorang ‘alim (ahli ilmu) maka bertanyalah untuk
menuntut ilmu bukan untuk melawan” (Miftah Daris Sa’adah 1/168)
2.
Memperbagus pertanyaan
Berkata Ibnul Qayyim:
وللعلم ست مراتب أولها حسن السؤال…فمن الناس من
يحرمه لعدم حسن سؤاله أما لأنه لا يسأل بحال أو يسأل عن شيء وغيره أهم إليه منه
كمن يسأل عن فضوله التي لا يضر جهله بها ويدع ما لا غنى له عن معرفته وهذه حال
كثير من الجهال المتعلمين ومن الناس من يحرمه لسوء إنصاته فيكون الكلام والممارات
آثر عنده وأحب اليه من الانصات وهذه آفة كامنة في أكثر النفوس الطالبة للعلم وهي
تمنعهم علما كثيرا ولو كان حسن الفهم
“Ilmu memiliki 6
tingkatan, yang pertama adalah bagusnya pertanyaan… dan sebagian orang ada yang
tidak mendapatkan ilmu karena jeleknya pertanyaan, mungkin karena dia tidak
bertanya sama sekali, atau bertanya tentang sesuatu padahal disana ada sesuatu
yang lebih penting yang patut ditanyakan seperti bertanya tentang sesuatu yang
sebenarnya tidak mengapa kita tidak mengetahuinya dan meninggalkan pertanyaan
yang harus kita ketahui, dan ini adalah keadaan kebanyakan dari para penuntut
ilmu yang bodoh.( Miftah Daris Sa’adah hal:169)
Diantara pertanyaan yang bagus adalah pertanyaan tentang
ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang menunjukkan kita kepada kebaikan dan
mengingatkan kita dari kejelekan. Adapun yang selainnya maka itu akan membawa
mudharat atau tidak ada faidahnya.
Allah telah menyebutkan di dalam Al-Quran sebagian dari
pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermanfaat seperti pertanyaan orang-orang
musyrik tentang kapan hari kiamat (Al-A’raf:187) dan pertanyaan orang yahudi
tentang ruh (Al-Isra’: 85), Atau pertanyaan tentang sesuatu yang tidak mungkin
terjadi atau jarang sekali karena itu termasuk berlebih-lebihan dan berprasangka
belaka.
3. Menggunakan cara yang baik dalam bertanya
Diantaranya adalah berlemah lembut dalam bertanya karena yang
demikian itu akan menjadikan yang ditanya memberikan ilmunya sebaik-baiknya.
Berkata Az-Zuhry:
وكان
عبيد الله يلطفه فكان يعزه عزا
“Dahulu Ubaidullah
(yakni bin Abdullah bin ‘Utbah, seorang tabi’in) berlemah lembut ketika
bertanya kepada Ibnu Abbas, maka beliau (Ibnu ‘Abbas) memberinya ilmu yang
banyak” (Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad bin Hambal di Al-‘Ilal wa
Ma’rifatur Rijal 1/186, dan Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra 5/250)
Dan berkata Ibnu Juraij:
Dan berkata Ibnu Juraij:
لم
أستخرج الذي استخرجت من عطاء إلا برفقي به
” Tidaklah aku
mengambil ilmu ‘Atha kecuali dengan kelembutanku kepadanya” (Diriwayatkan oleh
Ibnu Abdil Barr dalam Jami Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih 2/423)
Diantara kebaikan dalam bertanya adalah mencari situasi dan
kondisi yang tepat untuk bertanya.
4. Berdiskusi dengan cara yang baik kalau ada
yang tidak disetujui dari jawaban orang yang ditanya.
5. Tidak mengadu domba diantara ahli ilmu
seperti mengatakan: Tapi ustadz fulan (dengan menyebut namanya)
mengatakan demikian, dan yang demikian termasuk kurang beradab. Namun kalau
memang harus bertanya maka hendaklah mengatakan: Apa pendapatmu tentang ucapan
ini? Tanpa menyebut nama orang yang mengucapkan. (Lihat Hilyah Thalibil Ilmi,
Syeikh Bakr Abu Zaid dengan syarh Syeikh ‘Utsaimin hal: 178 )
Wallahu ta’alaa a’lam.
9.
Rosul
mengabari kita bahwa semua dibangkitkan sesuai dengan niatnya masing-masing pada
saat itu.
10.
Barang
siapa bergabung dengan suatu kaum dengan sukarela dalam kemaksiatan, maka dosa dan
siksaan akan ditimpakan pula kepadanya.
11.
Pelajaran
untuk menjauhi orang-orang yang berbuat kezhaliman sekaligus peringatan agar tidak
bergaul dengan mereka atau bergabung dengan orang-orang jahat dan semisalnya,agar
tidak mendapatkan siksaan yang ditimpakan kepada mereka.
12.
Barang
siapa bergabung dengan suatu kaum dengan sukarela dalam kemaksiatan, maka dosa dan
siksaan akan ditimpakan pula kepadanya.
Yang
tampak jelas kita bahwa adalah bahwa siksaan itu ditimpakan kepada mereka secara
umum, sekalipun di antara mereka terdapat orang-orang yang benci, orang-orang yang
akan berbelanja, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Sebab, mereka tidak merasa
takut terhadap fitnah yang tidak ditimpakan hanya kepada orang-orang zhalim secara
khusus, tetapi mereka juga terseret oleh kezhaliman orang-orang tersebut, meskipun
mereka sama sekali tidak menginginkannya. Oleh karena itu, mereka di padukan dengan
orang-orang zhalim.
Hal
itu telah ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-Qur’an dan juga al-Hadits, bahwa siksaan
itu jika ditimpakan, maka akan mencakup orang-orang shalih yang mereka tidak marah
karena Allah (ketika melihat satu kemungkaran), tetapi orang yang selamat adalah
mereka yang membuat perbaikan.
Allah berfirman :
فَلَوْلا
كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ
فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا
مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى
بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Maka
mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan
yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian
kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang
yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka
adalah orang-orang yang berdosa”.
“Dan
Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya
orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS.Hudd:116-117)
Yang
demikian itu merupakan indikasi yang mengungkap salah satu dari sunnatullah dalam
kehidupan berbagai umat. Dan umat yang suka berbuat kerusakan dengan memerintahkan
manusia menyembah selain Allah, dalam berbagai bentuk. Lalu di antara mereka ada
yang menolak perintah tersebut, mereka-lah itu yang selamat dan tidak ditimpakan
siksaan dan kebinasaan. Tetapi umat-umat yang di antara mereka terdapat orang-orang
yang berbuat zhalim dan melakukan kerusakan, lalu tidak ada seorang pun yang bangkit
mencegahnya, atau ada yang mengingkarinya, namun ia tidak sampai memberi pengaruh
terhadap realita yang rusak itu, maka sunnatullah akan berlaku kepada mereka, yaitu
berupa pembinasaan, baik pembinasaan sampai ke akar-akarnya atau pembinasaan yang
bersifat kelemahan dan kerusakan. Namun keduanya berakibat melenyapkan dan penggantian
(oleh kaum yang lain).
----- tulisan ini di ambil dari berbagai sumber----